n1ljWYmZyLaHa1TMPYBBtiqVcQolSr0KLMIOwgVb

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Mengenai Saya

Menangis Bersama Umar

Menangis Bersama Umar
Di Posting Oleh : PAKNAI
Kategori : Kita

mengikuti umar bin khattab menangis

Ketika anakku meminta untuk diajarkan bermain catur, aku jadi teringat tentang kejadian tadi siang. Salah satu organisasi tempatku bernaung melakukan suksesi. Setelah melewati berbagai macam halangan, suksesi itu akhirnya selesai.

Biasa dalam penyelenggaraan musyawarah. Mengambil keputusan yang menyenangkan semua orang adalah hal yang mustahil. Ada banyak kebutuhan dan kepentingan dari berbagai macam isi kepala yang harus ditampung. Tapi, tidak semua curah pendapat itu harus ditumpahkan ke bak penampungan.

Bagi yang menang, merasa senang itu wajar. Sebab mereka mendapat peluang untuk berkreasi lebih luas untuk pengembangan pribadi dalam organisasi tersebut. Lalu bagaimana dengan yang kalah?

Setelah perang badar, kaum muslimin menawan banyak tentara kafir quraisy. Rasulullah bersama Abu bakar dan Umar kemudian bermusyawarah memutuskan tentang nasib para tawanan ini.

Abu bakar memberi usul untuk memanfaatkan tawanan ini dalam mengajarkan kaum muslimin baca tulis. Karena pada saat itu sebahagian besar kaum muslimin tidak bisa baca tulis. Sedangkan umar dengan tegas menyampaikan bahwa semua tawanan ini harus dihukum mati. Agar menjadi shock terapi bagi mereka yang memerangi kaum muslimin.

Dengan berbagai pertimbangan, Rasulullah menerima usulan Abu bakar ash shiddiq. Memanfaatkan  tawanan ini untuk mengajarkan ilmu bagi kaum muslimin.

Umar kecewa dengan pilihan Rasulullah. Namun dalam kekecewaannya, dia memilih diam dan patuh pada putusan musyawarah itu.

Besoknya, setelah keputusan itu diambil. Umar mendapati Rasulullah dan Abu bakar menangis. 

"ceritakan padaku apa yang membuat Rasul Allah menangis sehingga aku bisa ikut serta dalam kesedihan itu." kata Umar pada Rasulullah.

Rasulullah kemudian membacakan ayat:
“Tidak patut bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi, sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Anfal: 67)

Aku membaca komentar pro dan kontra tentang keberlangsungan musyawarah tersebut. Keduanya memainkan media sebagai alat propaganda masing-masing. Tapi, jika propaganda masih disebarkan saat keputusan sudah diambil, bukankah itu ibarat meneteskan nira dalam kubangan susu?

Seperti bermain catur, bermain itu perlu mengatur ritme. Tidak perlu mengeluarkan seluruh kemampuan diawal permainan. Namun, semakin banyak bidak berguguran, suhu permainan pun semakin memanas. Kemudian, ketika salah satu raja berhasil ditumbangkan. Sudah waktunya menurunkan tensi masing-masing agar mesin di kepala tidak sampai jim panas.

Apa yang dilakukan Umar bin Khattab adalah contoh terbaik tentang sikap menerima hasil musyawarah. Tanpa merasa diri lebih benar, dan meminta Rasulullah merubah keputusan. Umar kemudian menangis bersama Rasulullah setelah ayat itu selesai dibacakan.
Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar

Sticky Note