Di Posting Oleh : PAKNAI
Kategori :
Realitanya, Tidak semua orang orang punya cara berpikir yang sama. Tapi, faktanya semua orang bisa berfikir. Maka, seandainya aku punya kuasa. Hal pertama dan paling utama yang harus diajarkan di sekolah adalah tentang cara berfikir.
Aku mengaku bersalah. Aku merasa tidak pantas mengucapkan dan memperdengarkan kalimat kasar pada anak-anak. Mereka lemah dan masih belum mengerti tentang kesalahan apa yang telah dilakukannya.
Aku merasa tanggung jawab ku bertambah pada mereka. Yaitu mengajarkan tentang cara berfikir. Bukan tanpa alasan kenapa aku mengambil beban itu. Mengingat semakin banyak informasi yang harus diterima setiap hari. Maka, memilih untuk menggunakan cara berpikir apa yang paling tepat dalam menyaring, dan memanfaatkan informasi tersebut adalah keharusan dalam menjalani hidup yang lebih mudah.
Tidak pantas orang tua Memaksakan satu cara berpikir untuk semua masalah dan informasi yang diterima oleh anak. Pun demikian dengan si anak, mereka tidak wajar memaksakan kehendak pada orang tua. Tapi, dengan banyaknya perbedaan antara orang tua dan anak, apakah ada jalan tengah dari permasalahan ini?
Belum seorang orang tua pun yang tahu pasti apa yang akan mereka perbuat bila benturan perbedaan ini terjadi di kemudian hari. Mereka hanya menyimpan harap agar kelak anaknya bisa mengikuti apa yang menjadi pilihannya. Tanpa mengetahui dengan pasti, bagaimana strateginya agar anak menerima pilihan tersebut.
Lalu, mengapa ada anak yang bisa bertahan hidup dengan menjalani pilihan-pilihan orang tuanya, dan mengapa ada juga anak yang berontak dan menyerah di tengah jalan?
Setiap orang tua, memimpikan anaknya memiliki kehidupan yang baik dikemudian hari. Itu pasti. Tapi, cara mencapainya adalah tantangan sebenarnya. Hingga, tak jarang orang tua rela mengorbankan seluruh harta kekayaannya agar anaknya bisa mendapat apa yang diinginkannya.
Tapi, yang namanya keinginan bersifat sementara. Mereka yang sering membuat pilihan secara sadar, sudah paham konsekwensi dari sebuah pilihan. Dan, bertahan dengan berbagai macam tantangan adalah jalan yang harus ditempuh. Tapi, bagaimana dengan mereka yang masih setengah-setengah? Dia memilih, Namun belum sepenuhnya yakin dengan pilihannya sendiri. Atau, pilihan yang diambil berkat campur tangan orang lain. Apalagi jika dia bergantung pada pilihan orang tuanya, karena merasa mereka sanggup menopang hidupnya?
Itulah dilema menjadi orang tua hari ini. Tidak ada patron, siapa yang bisa diikuti, dan bagaimana cara menjakankannya.
Perbedaan generasi ditambah dengan mudahnya memperoleh informasi menjadi tantangan tambahan bagi orang tua. Mereka hanya menyimpan harap dan asa agar nanti mereka bisa memetik hasil, tanpa tahu apakah proses perawatan tanamannya benar atau tidak.
Tapi, bukankah banyak teori-teori pengasuhan yang bisa diikuti?
Oiya, teori itu banyak dan ada yang bertentangan. Seperti yang dikatakan Noam Chowski; peta bukan wilayahnya. Setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda terhadap sebuah objek.
Jika ada orang tua yang mendidik anak dengan keras. Dia tidak salah. Dan jika ada orang tua yang lemah lembut pada anak, dia juga tidak salah. Karena mereka sedang menyesuaikan dengan kemampuan pribadinya dan karakter si anak.
Jangan paksakan ibu yang lemah lembut untuk marah pada anaknya. Dia tidak akan sanggup. Dan begitu juga sebaliknya.
Namun tetap, bagaimanapun cara yang kamu tempuh untuk mendidik anak. Pastikan bahwa, kelak ketika terjadi perbedaan pendapat dan pilihan antara kamu dan anakmu, kalian bisa mengambil jalan tengah yang menenangkan kedua belah pihak.
Jika kamu lebih unggul dalam pemberian argumen, maka anakmu harus dilatih menerima sepenuh hati. Dan begitu sebaliknya, jika dia mampu meyakinkan dirimu atas sebuah pilihan, maka turunkan egomu dan beri dia ruang dengan mengikutinya sepenuh hati.
Dan apabila hal ini telah tertanam dari sekarang, maka nikmat tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan?
Posting Komentar
Posting Komentar