n1ljWYmZyLaHa1TMPYBBtiqVcQolSr0KLMIOwgVb

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Mengenai Saya

BEKERJA SAMA

BEKERJA SAMA
Di Posting Oleh : PAKNAI
Kategori : Kita

berbagi tugas, bekerja sama

Kalau ada pekerjaan yang paling enak, aku menyebutnya dengan bekerja sama. Aku suka bekerja sama. Apalagi dalam kehidupan sehari-hari. Baik dirumah, maupun tempat bekerja, Aku merasa bahwa bekerja sama adalah solusi terbaik untuk meningkatkan nilai sebuah pekerjaan dan kepuasan setelah mengerjakannya.

Suatu hari, piring kotor menumpuk dirumah. Sebelumnya, Kami kedatangan tamu. Karena mereka jarang datang berkunjung, maka aku menawarkan untuk makan bersama dirumah. Setelah mereka pulang, aku melihat istriku memandangi tumpukan piring kotor dengan wajah masam. Mungkin karena biasanya  dia yang mencuci piring sendirian. Namun, berbeda dengan hari ini. Aku langsung memanggil anak-anak untuk membantu membereskan tumpukan piring tersebut.

Si kakak yang berumur 8 tahun bersama adeknya yang masih 6 tahun aku libatkan dalam pekerjaan ini. "Kita bantu mama yukk.." kataku.

Satu per satu piring kotor itu dibersihkan istriku dengan busa sabun. Aku mengambil peran untuk membilas. Dan anak-anak, aku memerintahkan mereka untuk mengembalikan tumpukan piring hasil bilasanku kembali ke tempatnya.

Si kakak tidak berhati-hati memegang gelas yang licin. Gelas di genggamannya terlepas. Dan insiden gelas pecah itupun terjadi. Namun, ada yang berbeda hari ini. Aku tidak mendengar suara repetan khas mamak-mamak saat melihat barangnya rusak. Malah sebaliknya aku melihat istriku tersenyum saat aku membersihkan sisa-sisa pecahan gelas itu dari lantai.

Kerjasama membuat beban berat terasa ringan dan beban ringan selesai lebih cepat. Tapi, apakah setiap pekerjaan bisa dikerjakan dengan bekerja sama?

Pertanyaan ini pernah menjadi perhatian ku saat mengawas ujian anak sekolah. Aku mengisi waktu dengan membaca soal yang diujikan. Dihadapan ku wajah-wajah serius siswa yang sedang memikirkan jawaban apa yang akan mereka tulis dilembar ujian. Posisi mereka sedang terjepit. Tertekan antara waktu yang diberikan untuk menjawab pertanyaan dengan penguasaan terhadap materi pelajaran. Mereka mengharapkan ada peluang dari kiri, kanan, depan, dan belakang untuk berbagi jawaban. Tapi karena mataku penuh awas yang selalu memperhatikan gerak-gerik mereka. Harapan itu seolah-olah pupus.

Kulihat salah seorang anak berusaha memanggil teman disebelahnya. Ia menggunakan kode-kode yang mungkin sudah dipersiapkan sebelum ujian dimulai. Tapi, teman disebelahnya tidak menggubris kode tersebut. Mungkin dia takut akan mendapat teguran dari pengawas.

Pada saat seperti ini, aku memikirkan tentang manfaat bentuk ujian ini pada siswa. Sebab, disatu sisi guru membutuhkan penilaian tentang pencapaian siswa. Sejauh mana mereka menguasai materi pelajaran. Penilaian ini tentu semakin baik jika mereka jujur. Tapi, disisi lain. Saat siswa keluar ruangan. segala kegiatan menuntut mereka untuk mengerjakannya secara bersama-sama. Misalnya menjaga kebersihan kelas. Apakah seorang siswa bisa menjaga kebersihan kelas sendiri?

Mungkin Ambiguitas ini yang membuat siswa pada berbagai tingkatan kelas masih bingung dalam menentukan sikap. Sehingga kita masih melihat siswa SMA yang mudah dipengaruhi teman-temannya, sehingga ikut terjerumus pada kenakalan.

Kamu boleh berfikir aku asal bicara dalam mengambil kesimpulan ini. Tapi, coba kamu ingat-ingat lagi saat kamu berada dalam situasi terjepit. Saat kamu dihadapkan pada pilihan untuk menyelesaikan satu masalah secara bekerja sama atau sendiri. Tapi dengan konsekwensi berbagi keuntungan jika dilakukan secara bersama. Mana yang kamu pilih?

Atau, Kamu adalah bagian dari mereka yang sering mengklaim bekerja sendiri. Padahal sebenarnya banyak tangan-tangan orang baik yang rela membantumu menyelesaikan pekerjaan itu? Jangan ya dek yaa...

Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar

Sticky Note