n1ljWYmZyLaHa1TMPYBBtiqVcQolSr0KLMIOwgVb

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Mengenai Saya

Bukan Menilai, Tapi...

Bukan Menilai, Tapi...
Di Posting Oleh : PAKNAI
Kategori : Kita

Berhentilah menilai orang lain dari yang kamu lihat.

Berhentilah untuk menilai orang lain dari apa yang kamu lihat.

Kita begitu mudah memberi penilaian pada apa yang terlihat. Melihat seseorang turun dari mobil mewah, 'wah orang kaya nih.' Kalau ada seseorang yang berpakaian lusuh, 'miskin ini.' Kemudian jika seorang bapak marah pada anak. 'Dasar bapak-bapak tidak punya jiwa pendidik.' Kalimat-kalimat tersebut begitu mudah tersusun dalam pikiran ketika melihat sebuah peristiwa.

Kita begitu mudahnya dipengaruhi oleh pandangan kita saja (citra). Padahal, 'tak kenal maka kenalan' begitu kata pepatah. Namun, sering kali penilaian kita ini juga salah. Hanya karena seseorang menampilkan dirinya seperti apa yang kita citrakan dalam pikiran. Kita menjadi mudah di bodohi oleh pencitraan kita sendiri.

Seorang yang terkena hipnotis misalnya. Pernahkah kamu bertanya, kenapa dari sekian banyak orang yang ada disekitarnya, dia yang terpilih untuk menjadi korban? Apakah hal ini pernah menjadi pertanyaan bagimu?

Mungkin saja ada sesuatu yang tidak beres dalam pikirannya, Sehingga dia dengan mudah bisa ditarik dan terpengaruh pada apa yang dikatakan oleh penghipnotisnya. Bagaimana jika dia tidak terpengaruh? Tentu si 'kawan' akan mencari korban lain disekitar itu.

Aku jadi teringat kisah tentang nabi Musa dengan nabi Khidir yang ada dalam surah al kahfi. Saat Musa ingin membersamai perjalanan Khidir, Khidir terlebih dahulu mewanti-wanti Musa. "kamu tidak akan sanggup bersabar denganku" katanya. Kemudian Musa berjanji untuk menjaga kesabaran sepanjang perjalanan. Dan konsekwensinya jika dia tidak menepati janjinya adalah: dia akan mengambil langkah mundur.

Benar saja, saat Khidir melubangi kapal, Musa bertanya dan menyebut Khidir zolim. Saat Khidir membunuh anak-anak, kembali Musa bertanya dan menyebut Khidir semena-mena. Lalu kesabaran Musa dipertanyakan oleh Khidir dan menyuruh musa untuk kembali. Dengan semua pertanyaan dan penilaian Musa pada Khidir pada setiap momen kebersamaan mereka. Namun, Musa kembali membuat janji yang sama seperti saat pertama mereka bertemu. Setelah mereka memperbaiki rumah anak yatim yang hendak roboh, Musa kembali mengomentari prilaku Khidir. Khidir kemudian menerangkan alasan kenapa dia melakukan hal-hal tersebut. Dan memberi pesan pada Musa bahwa apa yang dilakukannya adalah petunjuk dari yang maha kuasa. Kemudian Khidir menyuruh Musa untuk kembali karena Musa tidak bisa memegang janjinya.

Lalu, bagaimana seharusnya kita bersikap dengan apa yang terlihat?

Sebelum kita seperti nabi Musa yang mudah menilai perbuatan orang lain yang dilihatnya, ada baiknya kita mengkaji terlebih dahulu. Mengkaji tentang apa, bagiamana, dan mengapa, sebuah tindakan dilakukan. Karena tidak selamanya orang yang memberi makan orang miskin disebabkan oleh kesolehannya, dan tidak selamanya orang yang bersikap kasar pada orang lain karena dia jahat. Ada hal yang melatar belakangi setiap tindakan.

Meski kita harus menyadari bahwa, tidak semua hal bisa kita nilai. Dan kita bukan tim penilai. Namun, setiap kezhaliman bisa kita cegah dengan senantiasa memperbaiki diri. Karena jika setiap orang menyadari dan mengambil tindakan untuk memperbaiki dirinya masing-masing, tidak ada lagi orang yang menzholimi satu sama lain.

yaa, kebutuhan kita adalah beramal dengan ikhlas pada Allah SWT. Tentang bagaimana orang bersikap dan berprilaku, itu bukan tanggung jawab kita. Kewajiban kita hanya menyampaikan.
Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar

Sticky Note