Di Posting Oleh : PAKNAI
Kategori :
Nak, aku harus menuliskan hal ini. Aku sedang marah. Marah pada keadaan dan tuntutan yang sedang ku hadapi. Bukan karena aku tak sanggup menanggungnya, tapi kuakui, untuk saat ini aku lemah. Lemah karena belum melihat setitikpun jalan keluar. Jalan keluar yang akan membawa aku, kamu dan ibumu kenegeri cahaya.
Nak, kamu jangan pernah menaruh harapan bahwa orang lain akan mempercayaimu. Mereka hanya melihat apa yang kamu hasilkan. Mereka tidak peduli dengan mimpi dan proses yang kamu jalani. Jadi, sebelum kamu menunjukkan sesuatu sebagai hasil dari apa yang telah kamu lakukan. Diam, dan nikmati prosesmu nak. Biarkan tanganmu menguatkan kakimu, dan hatimu menenangkan pikiranmu.
Nak, mungkin ibumu ingin aku mendapat pekerjaan yang mudah. Sehingga dia tidak pernah mempermasalahkan tentang kondisi ku yang lebih lama menganggur. Tapi, kamu tidak pernah mendengar kan, saat aku ingin mengambil tanggung jawab. Ibumu adalah orang pertama yang meragukan kemampuanku.
Nak, aku tidak pernah menyalahkan ibumu tentang hal itu. Aku yang salah. Aku salah karena menceritakan hal ini terlebih dahulu. Padahal, aku tahu bahwa setiap orang akan meragukan kemampuan orang lain. Sebelum dia melihat sendiri hasilnya. Siapapun itu. Bukan karena dia tidak percaya pada padaku. Tapi, dia takut.
Aku merasa seperti ibrahim. Tidak menyaring ucapan terlebih dahulu, namun langsung menyatakan pertentangan pada Tuhan ayahnya. Kau tahu nak, ibrahim harus merasakan dibakar hidup-hidup.
Dan saat ini aku sedang mengalami proses pembakaran itu. Hatiku panas karena pertentangan dalam diriku sendiri. Semoga hujan diluar dapat mendamaikannya kembali seperti Ibrahim yang merasakan dinginnya api, hingga dia tidak terbakar dengan izin Allah. Tapi, dia harus merasakan berada dalam jilatan api yang besar dalam penglihatan orang banyak.
Nak, Jika nanti kau ingin memperoleh sesuatu, ingatlah bahwa laki-laki tidak bercerita. Tapi, jika kamu harus bercerita, Temukan tempat atau media yang setia. Bukan orang lain. Karena orang lain hanya bisa melemahkan.
Aku ingat, Jusuf Kalla. Dalam sebuah bincang-bincang di TV, dia mengatakan tidak pernah menceritakan tentang tanggung jawab yang diambilnya pada istrinya. "kalau dirumah ya, cerita keluarga, bukan tentang pekerjaan." katanya. Mungkin dia sudah tahu jawabannya. karena dia takut, nanti tanggapannya akan memperngaruhi emosinya. Meski kemudian kesiapannya untuk tanggungjawab itu tidak direstui alam. Akhirnya beliau kalah dalam pemilihan presiden.
Nak, yusuf juga mengalami hal yang sama. Dia meminta tolong pada sesama penghuni penjara. tapi, Atas izin Allah dia dilupakan beberapa lama. Sampai tiba masanya, mereka membutuhkan bantuan yusuf. Yusuf kemudian dikeluarkan dari penjara.
Nak, Tidak banyak orang seperti khadijah dalam kehidupan Rasulullah, dia menerima Rasullah dan semua pilihannya, apa adanya. Dia tetap membuka diri, meski dia harus mengorbankan harta dan jiwa. Mungkin itu yang mereka beri nama Cinta.
Posting Komentar
Posting Komentar