Di Posting Oleh : PAKNAI
Kategori : Cerita kamu
Mungkin frasa diatas tidak menarik perhatian. Karena kehidupan si anak yang masih bersama neneknya. Namun, membayangkan bagaimana anak kecil hidup sebatang kara. Imajinasiku belum bisa untuk menjangkaunya. Apakah mungkin dia akan sanggup bertahan?
Frasa "sebatang kara" ini yang dulu membuat aku tidak suka dengan dongeng. Meski mungkin digunakan sebagai pemancing emosi pembaca, namun ada narasi negatif yang aku rasakan dari frasa tersebut. Bagaimana mungkin seorang anak bisa hidup sendiri. Apalagi kalau ditambah hidup dihutan. Apakah dia tahu apa yang boleh dimakan dan apa yang tidak? Belum lagi tingkat bahaya dari binatang buas atau binatang kecil yang mengganggu.
Coba bayangkan, seorang anak. Bagaimanapun susahnya hidup. Dia tetap melewati masa ke kanak-kanakannya. Bagaimana dengan masa bayinya? apakah dia bisa melewati saat itu seorang diri? siapa yang menyuapinya makan? Bagaimana jika dia terkena hujan dan panas matahari? ahh.. aku tidak bisa membayangkannya.
Seandainya hal ini pernah terjadi, mungkin Headline berita "Seorang bayi ditemukan membeku di pinggir sungai..." tidak akan pernah kita baca.
"Bayi tanpa nyawa ditemukan dalam kardus,"
"Bayi membiru dalam gudang."
dan masih banyak berita utama yang menyatakan bahwa bayi-bayi yang ditinggalkan oleh orang tuanya ini tidak mampu untuk hidup sebatang kara.
Lalu kenapa frasa-frasa seperti ini sering kita gunakan untuk dalam membuat cerita anak?
Sebelum melangkah terlalu jauh, Lihat diri anda sendiri. apakah anda sudah merasa mampu menjalani hidup? apakah segala hantaman hidup sudah anda lalui? lalu bandingkan dengan anak kecil yang hidup sebatang kara seperti yang diceritakan dongeng-dongeng itu?
Apakah mungkin orang dewasa tidak bisa struggle (bertahan) seperti anak-anak?
Atau memang kita harus hidup seperti anak-anak agar bisa bertahan hidup?
Apa perbedaannya?
terlalu banyak pertanyaan yang akan membuat kepala kita semkin pusing. Jadi bagaimana seharusnya?
Kita dibesarkan dengan gaya pendidikan orang tua. Mereka yang seperti anda rasakan saat ini adalah yang sudah terlebih dahulu merasakan asam garam kehidupan. Ada hal baik dan buruk yang mereka lalui. Namun, satu hal yang pasti, mereka kurang menikmati masa kanak-kanaknya.
Bagaimana saya bisa mengambil kesimpulan seperti itu?
Saya besar dari orang tua yang bekerja sebagai pegawai negeri. Mereka berangkat pagi untuk bekerja, dan saat pulang sore hari sudah kehabisan energi di tempat kerja. Mereka hanya menggunakan sisa-sisa energi dirumah dengan tujuan untuk istirahat.
Anda bisa membayangkan bagaimana efeknya jika istirahatnya terganggu oleh prilaku anak-anak yang tidak beraturan. Saat itu kami hanya memancing kemarahan-kemarahan yang tidak perlu.
Suatu ketika orang tua saya menceritakan tentang kehidupan mereka sewaktu kecil. Tidak jauh berbeda. Kakek saya seorang petani. Beliau juga melakukan hal yang sama. Mereka hanya menggunakan waktu dirumah untuk istirahat. Dan, kebiasaan itu ditiru oleh orang tua saya.
Bagi mereka, apa yang mereka sampaikan adalah titah dan tidak bisa dibantah. Mereka berharap orang dirumah mengerti apa yang mereka rasakan diluar. Sehingga setiap orang harus memberi ruang bagi mereka untuk menenangkan diri.
Akhirnya, lahirlah anak-anak yang tidak berkembang. Larangan tidak boleh ini, tidak boleh itu, harus ini dan harus itu. Anak-anak hanya menjadi robot penyambung cita-cita orang tua. Mereka hanya melanjutkan cita-cita yang tidak bisa diwujudkan orang tuanya.
Lalu apa hubungannya dengan frasa "hidup sebatang kara"?
Ada kalanya ketika anak diberi ruang sendiri, mereka bisa berkembang. Mengembangkan imajinasinya dan bertindak layaknya seorang anak.
Tidak ada tuntutan ketika dia hidup sendiri. Hanya ada keinginan. Dan, itupun keinginan yang harus diwujudkan sendiri.
Lalu, apakah mereka sanggup?
Aku mengingat tarzan. Ketidakmampuannya untuk hidup sendiri membawa peran gorilla dalam kehidupannya. Gorilla yang menuntunnya untuk bertahan hidup.
Yaa.. yang anak perlukan hanya tuntunan bertahan hidup. Biarkan mereka menikmati imajinasinya dan bawa mereka bertahan hidup dengan imajinasi tersebut.
Kemudian, jika kamu belum bisa bertahan dengan permasalahanmu saat ini. Bagaimana jika saya sarankan untuk mencari sosok gorilla yang bisa menuntunmu untuk bertahan hidup, dengan imajinasi yang tetap berkembang?
Posting Komentar
Posting Komentar