n1ljWYmZyLaHa1TMPYBBtiqVcQolSr0KLMIOwgVb

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Mengenai Saya

Menentang Hukum Alam

Menentang Hukum Alam
Di Posting Oleh : PAKNAI
Kategori : Cerita Kita

menentang Hukum alam

Aku memaksakan diri untuk tidak tidur. Tumpukan pekerjaan diikuti bayang-bayang deadline menjadi alasan utama. Sudah beberapa kali Ku sruput kopi. Lumayan, untuk membantu memastikan mata ini untuk tidak terpejam.

Aku tidak bisa membohongi diri. Mataku dari tadi sudah perih. Beberapa kali juga Mulut ini juga sudah menguap. Segera setelah pekerjaan selesai, aku mengambil posisi terbaik untuk tidur. Berharap memperoleh kesegaran kembali besok pagi.

Mungkin bukan hanya aku yang pernah mengalami hal serupa. Berbagai alasan, mulai dari pekerjaan, sampai anak yang tidak bisa tidur dimalam hari juga memaksa kita untuk begadang. Setelah itu, Kita kemudian berusaha untuk membohongi diri kita sendiri. Menggunakan bantuan kopi, rokok, vitamin, dll sekedar untuk bertahan.

Lalu bagaiamana dengan waktu tidur yang tergunakan? Kita mengharapkan suplemen dapat menggantikannya. Kemudian kita bermimpi untuk memperoleh kesegaran di pagi hari. Tapi, kenyataannya jauh panggang dari api. Akibat begadang, badan lemas, lunglai berlangsung sepanjang hari.

Awalnya aku pikir ini hanya akibat kurang tidur. "Ahh.. nanti di hari libur ku rapel saja waktu tidur yang kurang ini."pikirku.

Aku melakukan eksperimen itu. Dihari libur aku coba untuk menambah jam tidur setelah begadang semalam. Setelah subuh, aku kembali tidur untuk menutupi kekurangan jam tidurku. Aku menggenapkan jam tidur ideal. 8 jam, seperti yang dikampanyekan para ahli kesehatan. Tapi, hasilnya sama saja, justru malah aku menjadi sudah tidur di malamnya.

Jujur aku heran dengan kejadian ini, Bukankah tidur itu tentang kuantitasnya ya? Yang penting 8 jam sehari, cukup. Tak perlu perhatikan waktunya kapan. Mau itu tidur siang atau tidur malam sama saja, yang penting 8 jam.

Tapi, tidur 8 jam disiang hari tidak sama pengaruhnya dengan 8 jam di malam hari.

Aku menyebutnya dengan hukum alam. Tidur dimalam hari, dan bekerja di siang hari. Seperti yang Allah sebutkan dalam surah 28.Al-Qaṣaṣ : 73

وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Berkat rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang agar kamu beristirahat pada malam hari, agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari), dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.

Menentang hukum alam

Siapa yang ikut marah pada mereka yang melakukan pembalakan hutan? Pada mereka yang membuang sampah sembarangan? atau pada mereka yang melakukan penambangan liar? Alasan kita marah pada mereka karena mereka merusak alam, bukan? Kerusakan alam ini terjadi karena keseimbangan alam yang terganggu. Hutan yang semestinya menjadi tempat penahan air yang berlebih pada musim hujan. ditambah sampah yang menyebabkan saluran air terhambat. Akibatnya banjir, longsor, dll.

Keseimbangan alam ini bagian dari hukum alam. Tubuh kita menggunakan hukum keseimbangan itu. Disini aku sadar, kebiasaan malam begadang dan siang tidur itu jika diandaikan sama dengan menentang hukum alam yang sama dengan mereka yang merusak hutan dan mengakibatkan bencana. Lalu kenapa tidak marah pada diri sendiri?

Efek melawan ini ngga seperti makan cabe ya, disitu digigit, langsung terasa pedasnya. Atau seperti main judi, saat kalah langsung miskin. Melawan hukum alam ini pengaruhnya perlahan. Saat takarannya sudah cukup, Boom..!! Dampaknya terasa.

Lihatlah, berapa banyak orang yang mengalami depresi dan struk karena pengaruh begadang yang berkepanjangan?

Kita suka memandang remeh dengan sesuatu yang tidak memberikan efek langsung. Seolah-olah hal tersebut tidak memberi pengaruh sama sekali. Panggilan azan contohnya. Sering kali panggilan azan kita nomor duakan karena disaat yang sama bos memanggil. Atau berapa kali kita menunda pembayaran hutang karena ada kebutuhan lain yang ingin dimiliki?

Kalau diambil contoh satu per satu, jumlahnya terlalu banyak untuk kita sebutkan. Menunda solat, menunda bayar hutang, adalah salah satu penentangan kita terhadap hukum alam. Apakah efeknya langsung terasa?

Tidak..

Namun, apakah dia akan memberi akibat yang buruk di kemudian hari?

Iyaa..

Kamu bisa perhatikan orang-orang disekitarmu, berapa banyak dari mereka yang harus merasakan cobaan yang sulit, sebab kebiasaannya menunda solat. Atau apakah kamu masih percaya pada teman yang menunda-nunda membayar hutang?

Bagaimana jika hukum alam sudah menunjukkan dampaknya, apakah bisa dirubah kembali?

Yang aku perhatikan, sampai dengan hari ini normalisasi sungai, dan reboisasi hutan, belum menjawab permasalahan yang kita hadapi. Tapi, hal ini harus terus dilakukan. Sama dengan dampaknya yang tidak langsug terasa, memperbaikinya juga harus dilakukan secara terus-menerus. Tidak bisa Instan.

Kita tidak bisa melawan hukum alam, kita hanya bisa patuh dan tunduk terhadap hukum tersebut. Jika pilihannya hanya tunduk, kenapa tidak kita pasrahkan saja dengan kemauan sendiri sikap patuh ini, agar segalanya tidak terasa berat?

13.Ar-Ra'd : 15
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَالُهُمْ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ ۩
Hanya kepada Allahlah siapa saja yang ada di langit dan di bumi bersujud, baik dengan kemauan sendiri maupun terpaksa. (Bersujud pula kepada-Nya) bayang-bayang mereka pada waktu pagi dan petang hari.
Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar

Sticky Note