n1ljWYmZyLaHa1TMPYBBtiqVcQolSr0KLMIOwgVb

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Mengenai Saya

MENANTANG SELEMBAR KERTAS PUTIH

MENANTANG SELEMBAR KERTAS PUTIH
Di Posting Oleh : PAKNAI
Kategori : Aku Cerita

menantang selembar kertas putih

Bagaimana bisa selembar kertas putih ini harus menjadi momok setiap pagi?

"Saat pikiranmu buntu, badan rasanya pegal-pegal, maka menulislah." Pesan itu terngiang-ngiang dalam ingatanku.

"Harusnya apa yang kurasakan saat ini bisa menjadi bahan tulisan." pikirku.

Tapi, ternyata pesan mereka tidak segampang mengucapkannya. Buktinya, pagi ini aku masih memandang kertas putih tanpa goresan selah-olah bilang "ayoo.. tulislah kalau berani." 

"Apa yang harus kutulis?" pertanyaan yang sama hadir setiap kali kuletakkan ujung pena menyentuh permukaan kertas.

Sepertinya terlalu banyak hal yang mengendap dalam pikiranku yang mendesak ingin keluar. Mereka berebut untuk disalurkan tanpa mau menunggu antrian. Aku ngga tahu berapa banyak atau berapa besar lubang salurannya, hingga tak satupun yang berhasil kuambil.

"Mungkin lubangnya cuma satu dan setipis ujung pena ini." pikirku. "Jika bukan karena hirarki cairan yang mengalir dari atas kebawah, tintanya tetap bertahan mengendap dalam kemasannya."

Atau bagaimana jika pintunya sebesar pintu rumah, namun setiap pintu dijaga oleh bodyguard yang tidak akan memberikan mereka melewati pintu tersebut tanpa reservasi.

Dan bagaimana jika dia seluas hamparan gurun pasir. menanamkan ketakutan dan rasa putus asa bagi pengembara yang tersesat di dalamnya.

Aku harap segera mengatahui rahasia ini. Rahasia pena dan kertas putih, Padang pasir dan pengembara, dan cairan yang mengalir. Kesimpulan sementara adalah "Mereka akan meninggalkan bekas dalam setiap gesekannya, dan gesekan hanya akan terjadi jika ada gerakan."

Dulu aku lemah di fisika (sekarang juga masih). Gabungan dari realitas yang diturunkan dalam bentuk persamaan ini membuatku pusing. Pusing bukan karena persamaan yang rumit. Namun, setiap persamaan selalu memiliki batasan, dan menentukan batasan dalam setiap kejadian ini yang membuat pusing.

Bagaimana kita bisa membatasi kecepatan bola yang disepak Ronaldo? Jika hanya dengan tekanan yang diteruskan oleh kakinya, bagaimana dengan koefisien angin yang mengurangi kecepatannya? Atau ada koefisien lain yang mempengaruhi, seperti perasaan ragu sesaat sebelum menendang, mungkin?

Akh,.. overthingking telah mengurangi kecepatan dalam pengambilan keputusan. Ada keraguan dan ketakutan yang jadi penghalang. 

Tapi, apakah memikirkan banyak faktor yang mempengaruhi kehidupan adalah kesalahan? bukankah memang perjalanan hidup itu tidak seperti melintasi jalan tol? (meski hari ini melintasi jalan tol pun harus siap macet).

Allah menggambarkan hidup ini dengan istilah "celupan Allah" (al Baqarah: 138)

Seperti pisang yang dicelupkan kedalam coklat. Pisangnya hilang, yang nampak hanya coklat besar.

Bukankah ketika menulis aku juga harus mencelupkan diri dalam tulisan itu. menghilangkan keakuan dalam setiap garis kata yang terbentuk. Yang meninggalkan makna diakhir setiap kalimatnya?

Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar

Sticky Note