n1ljWYmZyLaHa1TMPYBBtiqVcQolSr0KLMIOwgVb

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Mengenai Saya

Jangan Memaksakan Diri

Jangan Memaksakan Diri
Di Posting Oleh : PAKNAI
Kategori : Cerita Dia

jangan memaksakan diri

Bagaimana pendapat anda jika ada orang yang tidak pernah berlatih untuk lari 10 Km, namun dia memaksakan diri untuk mengikuti lomba marathon 10 Km? 

Bukan sekali dua aku bertemu dengan orang yang suka memaksakan diri. Jika hal ini dibarengi dengan ungkapan kepuasan setelah melihat hasilnya, mungkin aku juga ikut merasa suka citanya. Tapi, jika di sepanjang proses dia malah mengeluh tentang ketidak mampuannya, apakah hal ini tidak membuat pendengar marah?

Dan, jika anda sering memperhatikan lingkungan sekitar, anda tentu sering bertemu dengan mereka yang suka memaksakan diri pada kehidupan sehari-hari.

Mungkin, hari ini anda sedang mengalami kesempitan finansial, lalu ada kondisi mendesak yang mengharuskan anda untuk mengeluarkan duit. Bagaimana anda membuat keputusan?

Jadi, salah seorang temanku (sebut saja Budi) sedang menganggur.  Saat penganggurannya dia diberi rezeki anak laki-laki.

Dan kamu tahukan, dalam agama Islam ada 3 kewajiban orang tua pada anak; 
1. Memberi nama yang baik, 
2. Aqiqah, dan 
3. Mendidiknya.

Meski dia sedang menganggur dia berupaya untuk menunaikan kewajiban aqiqah anak tersebut. Dia siap mengurbankan 2 ekor kambing (kewajiban aqiqah anak laki-laki). Namun masalah bertambah ketika keluarganya meminta untuk membuat acara penabalan nama saat aqiqah dilaksanakan. "Sambil menyelam minum air." katanya

Tapi, bukankah membuat acara itu membutuhkan biaya tambahan? Sedangkan untuk melaksanakan Aqiqahnya saja dia harus berpala-pala, darimana dia bisa mendapatkan uang untuk membuat acara penabalan nama ini, sedang dia dalam kondisi tidak punya penghasilan?

"Mau ditaroh dimana mukaku didepan keluarga nanti kalau acara ini ngga ku buat?" katanya.

Kita memang tidak pernah bisa menegaskan posisi saat berbenturan dengan orang dekat. Padahal sedekat apapun mereka, lebih sering tidak mengerti apa yang sedang kita rasakan.

Aku menyayangkan pilihannya. dia kemudian ikut arus. Melaksanakan aqiqah plus acara penabalan nama dengan alasan anak pertama juga seperti itu.

Aku tidak punya kuasa mengintervensi pilihannya. Tapi Mendengarkan keluhannya tentang biaya yang harus ditutupi setelah kegiatan itu membuatku menganalisa sikapnya.

Kewajiban tetap kewajiban sebelum kita menyerah tidak mampu melaksanakannya. Meski dalam kondisi tidak mampu secara finansial tapi yang namanya kewajiban harus dilaksanakan. Jadi alasan menganggur tidak bisa menjadi alasan untuk tidak melaksanakan Aqiqah.

Tapi, bagaimana dengan sambil menyelam minum air itu?

Tidak ada paksaan untuk melaksanakannya. meski si abang dibuat, tidak jadi keharusan juga anak kedua dan seterusnya juga harus demikian. Disini dia bisa memilih keringanan untuk tidak melaksanakannya. Toh juga si anak ga bakalan ingat itu.. 😀😀

Dari situ aku tahu bahwa tanpa pegangan hidup kita akan lebih mudah terombang-ambing. Sulit untuk memilih mana yang harus dan tidak harus kita kerjakan. Dan tentunya kesulitan juga untuk memutuskan ketika pilihan yang ada saling berbenturan.

Jika saja Budi berpegang pada pedoman hidup yang selama ini digadang-gadang nya (Al-Qur'an dan Sunnah) tentu dia akan merasa lebih lapang sekarang. Namun dia memutuskan untuk mempersulit diri  dengan menambahkan bebannya sendiri. 
Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar

Sticky Note