n1ljWYmZyLaHa1TMPYBBtiqVcQolSr0KLMIOwgVb

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Mengenai Saya

Doa Ibumu Mustajab Dibanding Apapun

Doa Ibumu Mustajab Dibanding Apapun
Di Posting Oleh : PAKNAI
Kategori : Cerita Dia


Doa ibu mustajab
Siapa orang pertama yang menyesal ketika malin kundang berubah menjadi batu? Masih ingat dengan cerita malin kundang? Ibu malin kundang yang memanggil-manggil “malin…malin…kenapa jadi begini malin..?”

Ibunya yang pertama kali menyesali doanya (kutukan) tersebut. Dia merasa tidak sepantasnya mendoakan anaknya menjadi batu. Doa seorang ibu mustajab. pada akhirnya dia yang menanggung akibat dari doa tersebut.


Rasulullah SAW bersabda; “Janganlah kamu berdoa buruk pada dirimu, janganlah kamu berdoa buruk pada anak-anakmu, janganlah kamu berdoa buruk pada pelayanmu dan janganlah kamu berdoa buruk atas harta-hartamu! jangan sampai saat kamu berdoa begitu bertepatan dengan waktu dimana Allah mengabulkan doa, lalu turun di dalamnya pemberian yang kamu minta sehingga doamu itu benar-benar terkabul (HR Abu Dawud).


“Juraij adalah seorang ahli ibadah yang shalih di kalangan Bani Israil. (Suatu ketika) datanglah ibu Juraij dan memanggil anaknya (Juraij) ketika ia sedang melaksanakan shalat, ”Wahai Juraij.” 


Juraij bertanya dalam hatinya, ”Apakah aku harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. 


Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya.


Juraij kembali bertanya di dalam hati, ”Ibuku atau shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. 


Ibunya memanggil untuk kali ketiga. 


Juraij bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku atau shalatku?” Rupanya dia tetap mengutamakan shalatnya. 


Ketika sudah tidak menjawab panggilan, ibunya berkata, “Semoga Allah tidak mewafatkanmu wahai Juraij sampai wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur.” Lalu ibunya pun pergi meninggalkannya.


Ada seorang penggembala kambing yang bermalam di tempat beribadah Juraij. Tepat pada saat yang sama ada seorang wanita keluar dari desa dan bermalam disana. Penggembala itu menggaulinya. 


Wanita itu kemudian hamil dan melahirkan bayi laki-laki. 


Wanita yang digauli penggembala tadi dibawa menghadap raja dalam keadaan telah melahirkan seorang anak. Raja bertanya, ”Hasil dari (hubungan dengan) siapa (anak ini)?” 


"Dari penghuni tempat beribadah ini.”, jawab wanita itu. 


Raja lalu bertanya lagi, “Apakah dia yang tinggal di tempat peribadatan itu?” 

“Benar”, jawab wanita itu. 


Raja berkata, ”Hancurkan rumah peribadatannya dan bawa dia kemari.” 


Orang-orang lalu menghancurkan tempat peribadatannya dengan kapak sampai rata dan mengikatkan tangannya di lehernya dengan tali lalu membawanya menghadap raja. 


Di tengah perjalanan Juraij dilewatkan di hadapan para pelacur. Ketika melihatnya Juraij tersenyum dan para pelacur tersebut melihat Juraij yang berada di antara manusia.


Raja lalu bertanya padanya, “Siapa ini menurutmu?” 

Juraij balik bertanya, “Siapa yang engkau maksud?” 


Raja berkata, “Dia (wanita tadi) berkata bahwa anaknya adalah hasil hubungan denganmu.” 


Juraij bertanya, “Apakah engkau telah berkata begitu?” 

“Benar”, jawab wanita itu. 


Juraij lalu bertanya, ”Di mana bayi itu?” 

Orang-orang lalu menjawab, “(Itu) di pangkuan (ibu)nya.” 


Juraij lalu menemuinya dan bertanya pada bayi itu, ”Siapa ayahmu?” 

Bayi itu menjawab, “Ayahku si penggembala kambing.”


Kontan sang raja berkata, “Apakah perlu kami bangun kembali rumah ibadahmu dengan bahan dari emas?” 

Juraij menjawab, “Tidak perlu”. 

“Ataukah dari perak?” lanjut sang raja. 

“Jangan”, jawab Juraij. 

“Lalu dari apa kami akan bangun rumah ibadahmu?”, tanya sang raja. 

Juraij menjawab, “Bangunlah seperti sedia kala.” 


Raja lalu bertanya, “Mengapa engkau tersenyum?” 

Juraij menjawab, “(Saya tertawa) karena suatu perkara yang telah aku ketahui, yaitu terkabulnya do’a ibuku terhadap diriku.” 

Kemudian Juraij pun memberitahukan hal itu kepada mereka.””


Doa ibu tidak dapat ditangkis bahkan oleh seorang ahli ibadah seperti juraij. Mungkin ibu sering mengalami disaat tingkah laku anak tidak dapat dikendalikan dan tiba-tiba kata-kata yang tidak patut terucap secara tidak sengaja. Lalu bagaimana jika sudah terlanjur?


Sebuah kesalahan akan tetap menjadi kesalahan sampai si pelaku bertobat. Maka, perbanyak istighfar. Kemudian doakan kebaikan yang lain kepada anakmu setelah itu. Karena akar kedurhakaan pada orang tua dapat dicabut dengan doa yang sungguh-sungguh dan keikhlasan serta dilakukan dengan terus menerus.


Seperti Ayub yang mengatakan; “Aku akan memohonkan ampun bagimu pada tuhanku, Sesungguhnya dialah maha pengampun lagi maha penyayang.” ( QS. Yusuf. 98). Pada saat mereka mengadukan bahwa yusuf dimakan oleh serigala karena kelalaian mereka. 


Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar

Sticky Note