Di Posting Oleh : PAKNAI
Kategori :
Saya merasa bangga berada disini. ditengah-tengah orang tua yang sedang menunggu hasil pancapaian belajar anak-anak. Meski nanti ada perasaan bangga dan kecewa pada hasil tersebut, tapi satu hal yang harus tetap dijaga adalah hubungan baik antara orang tua dan anak.
berbicara tentang hubungan, saya akan menyampaikan 4 buah cerita yang saya ambil dari Al Quran. kisah tentang hubungan para nabi dan rasul dengan orang tua mereka masing-masing.
Cerita pertama.
Pada QS. Taha (38-39)
Yaitu ketika kami mengilhamkan pada ibumu sesuatu yang diilhamkan. "Letakkanlah dia (Musa) dalam peti, kemudian hanyutkan dia ke sungai. Maka biarlah arus sungai itu membawanya ke tepi. Dia akan diambil oleh fir'aun musuhku dan musuhmu.' Aku telah melimpahkan padamu kasih sayang dari-Ku, dan agar engkau diasuh di bawah pengawasannya.
Musa As Lahir si waktu yang tidak tepat. dia lahir saat fir'aun memerintahkan haman untuk membunuh setiap anak laki2 dari bani israil. Ibu musa kemudian menghanyutkan musa ke sungai nil. Bukan karena tidak sayang. Namun, dia menyimpan harapan agar bayinya tidak ikut menjadi korban dari keinginan fir'aun. Dia kemudian mengikuti ilham yang diterimanya dari Allah.
Membaca kisah ini awalnya aku berfikir sungguh beruntung ibu musa mendapat ilham untuk menyelamatkan anaknya. Namun, tepat sebulan yang lalu istriku melahirkan seorang bayi, bayi perempuan yang cantik.
3 hari yang lalu, istriku demam. Dia berusaha menjaga jarak dari si bayi agar sakitnya tidak menular.
Jika bayi menangis, Aku mengambil peran yang lebih banyak untuk menenangkan tangisannya. Berbagai macam cara ku lakukan untuk membuatnya tenang dan berhenti menangis. Namun, ada aku tidak sehebat ibunya. Saat aku menyerah, ibunya meminta kembali si bayi dan seketika saat berada dalam pangkuan ibunya. dia kembali tenang.
Dari sini aku menyakini bahwa Ilham untuk menjaga keselamatan bayi ini Allah berikan Bukan hanya pada ibunya Musa, Melainkan pada semua ibu di dunia ini.
Meski cobaan yang dirasakan ibu kita dulu tidak seberat ibunya Musa. Bayangkan seandainya beliau yang melahirkan kita dahulu tidak mengikuti ilham tersebut. apakah kita masih hidup hari ini?
Cerita Kedua,
Pada QS. Ash Shaffat (102)
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama ibrahim, ibrahim berkata ,"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah pendapatmu!" Ia menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang -orang yang sabar."
Membaca ayat ini pada awalnya aku berfikir bahwa Nabi Ibrahim sangat beruntung memiliki anak yang sabar seperti ismail. Menerima dengan sabar apa yang akan dilakukan ayahnya, meski itu akan menghilangkan nyawanya.
Namun, setelah mengetahui bahwa usia Ismail pada saat itu sama dengan anak-anak yang ada dihadapan kita sekarang. sudut pandangku jadi berubah. Ismaillah yang beruntung punya ayah seperti Ibrahim.
Bukankah anak-anak seusia mereka memang patuh dan sabar menerima setiap perlakuan kita padanya?
Bukankah mereka ini belum punya kekuatan untuk menentang kita sebagai orang tua?
Seandainya pada saat itu ismail menolak permintaah ayahnya Ibrahim. Seperti anak-anak kita yang bermalas-malasan ketika dibangunkan untuk berangkat sekolah. Apakah ibrahim menyerah? sedangkan dia adalah hamba yang sangat patuh pada perintah Allah?
Dan keberuntungan Ismail adalah Ayahnya Ibrahim mengajaknya untuk mengerjakan perintah Allah.
Cerita Ketiga.
Pada QS. Maryam (42-46)
42. Ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya, "wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?
43. wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
44. wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada tuhan yang maha pemurah.
45. wahai bapakku, sesungguhnya kau khawatir bahwa kamu akan ditimpa ajab dari tuhan yang maha pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan."
46. Berkata bapaknya, "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, niscaya kamu akan ku rajam dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama."
Diawal masa dewasanya, anak-anak ini akan mulai menunjukkan kuasanya. seperti Ibrahim yang menunjukkan kelebihan ilmunya pada ayahnya.
Disinilah titik krusial antara anak dan orang tua. pada saat-saat seperti ini perdebatan demi perdebatan akan mulai semakin memanas. Karena serupa dengan ayahnya ibrahim, orang tua tidak terima diajari anaknya.
Seperti sebuah template, reaksi pertama kita ketika anak menyampaikan keinginan berdasarkan pengetahuan maupun perasaannya adalah menolak.
meski tidak semua seperti ayahnya ibrahim yang mengancam untuk merajam dan mengusirnya. tapi, penolakan itu tetap ada.
ibrahim yang sudah mengajarkan perintah Allah kepada ismail. tidak merasakan Apa yang dirasakan Nuh, harus
Cerita keempat:
QS. Yusuf (5)
Ayahnya berkata, "hai anakku, Janganlah kamu ceritakan mimpimu kepada saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
QS. Yusuf (18, 83)
18. Mereka datang membawa baju gamisnya (berlumuran darah) dengan darah palsu. Ya'kub berkata: "sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohonkan pertolongannya terhadap apa yang kamu ceritakan."
19. Yakub berkata: Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan yang buruk itu. Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semua kepadaku; sesungguhnya dialah yang maha mengetahui lagi maha bijaksana.
QS. Yusuf (99,100)
99. Maka tatkala meeka masuk ke tempat (yusuf), Yusuf merangkul kedua orang tuanya dan dia berkata. Masuklah kamu ke negeri mesir, Insya Allah dalam keadaan aman.
100. Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya suju kepada yusuf...
selanjutnya, dalam QS. maryam 43 Allah menceritakan tentang ibrahim menentang ayahnya.
kita juga akan berhadapan dengan hal ini. baik atau buruk pun yang kita ajarkan pada anak, kelak dia akan menjadi orang yang menentang kita.
sebagai orang tua, kita tentu pernah mengalaminya. baik sebagai orang yang menentang atau sebahagian diantara kita sudah memiliki anak remaja yang mulai menentang setiap perintah atau larangan yang kita berikan.
hal ini adalah sunnatullah dalam kehidupan. namun, bagaimana kita menyikapi setiap hubungan ini?
Allah menunjukkannya dalal QS. ..... tentang yakub, yusuf, dan kesebelas anakanya yang lain.
bagaiamana saat yakub menasehatkan kepada yusuf untuk berhati-hati pada orang disekelilingnya karena kelak dia akan menjadi orang pilihan.
namun, hatinya hancur saat saudara2 yusuf mengabarkan padanya bahwa yusuf telah dimakan serigala.
matanya menjadi buta. buta bukan hanya tidak bisa melihat saja. melainkan dia memilih untuk tidak memperhatikan dan berlepas tangan dari saudara2 yusuf itu.
akhirnya, sampai mereka dewasa. yang terjadi adalah mereka tetap menyusahkan yakub. terutama saat benyamin adik yusuf ditahan yusuf di istana.
mereka membuat yakub merasa sedih untuk kedua kalinya.
berbeda dengan yusuf. meski dia tidak ada dihadapan yakub, tapi hatinya melekat padanya. doa-doa terbaik untuk yusuf dipanjatkan oleh yakub.
meski yusuf harus merasakan berbagai macam cobaan hidup. dia mengundang yakub ke istana kerajaan dan menjamin kehidupan yakub hingga akhir hayatnya.
3 hubungan dan 2 cara menghadapi anak Allah terangkan dalam Al Qur'an.
jika bisa memilih, tentu kita semua ingin memiliki anak seperti yusuf yang menjaga dan menjamin kehidupan kita dihari tua.
namun, sebelum anak-anak ini menjadi yusuf, kita yang terlebih dahulu menjadi ayub.
pengalaman musa, ismail, dan ibrahim adalah sunnatullah yang harus kita lewati. namun, pilihan membentuk anak menjadi yusuf terletak di tangan kita masing-masing.
Posting Komentar
Posting Komentar