n1ljWYmZyLaHa1TMPYBBtiqVcQolSr0KLMIOwgVb

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Mengenai Saya

Cara Mudah untuk Memilih

Cara Mudah untuk Memilih
Di Posting Oleh : PAKNAI
Kategori :

Apa yang paling tidak ku sukai dalam hidup adalah memilih. aku masih takut dengan konsekwensi pilihan yang ku ambil. pertanyaan bagaimana jika... selalu membayangi setiap langkah dari pilihan tersebut.

aku pernah berada pada posisi lempang. bebas memilih apa saja.
saat itu bapakku adalah seorang pejabat daerah. dan untuk membiayai kuliah dua orang anak tentu tidak sulit baginya. tapi, meski begitu dia tetap mewanti-wanti agar tetap kuliah di universitas negeri.
ancaman bapak sebenarnya tidak begitu membuatku termotivasi. dalam pikiranku bagaimana mungkin dia bisa bertahan dengan gunjingan orang jika nnti aku tidak kuliah.
dan apa yang kupikirkan benar. sehari setelah ujian masuk kampus, dia memberikan brosur universitas swasta padaku. "katanya, aku ga bisa kuliah kalau tidak negeri?" kataku mengejek.
"itu cuma motivasi biar kau semangat belajar sebelum ujian." jawab beliau.
aku memastikan bahwa aku ga akan mengecewakan beliau dengan gagal diujian masuk itu.
benar saja, saat pengumuman keluar, aku memastikan memperoleh 1 kursi di universitas negeri.
tapi, sejak saat itu aku menjadi ragu dengan pilihan tidak mendaftar ke universitas swasta seperti yang disarankan bapak.
jurusan yang kumenangkan ada pilihan terakhir zari 3 pilihan jurusan yang diberi. aku merasa seperti terpaksa berada pada jurusan ini. aku kesulitan mengikuti mata kuliah karena merasa tidak sreg dengan mata pelajarannya. dan pada akhirnya aku bisa menyelesaikan kuliah itu dengan lama 6 tahun.
kejadian itu menambah keraguan pada diri sendiri. bagaimana setelah itu aku kembali mengambil pilihan2 yang pada akhirnya ku sesali.
selepas kuliah, aku memilih untuk tidak bekerja pada pihak manapun. ya, aku tidak mau menggunakan ijazahku melamar pekerjaan kemanapun. bahkan orang tuaku yang pada saat itu masih menjabat menawarkan untuk mempekerjakan di instansi yang pimpinannya adalah koleganya dan aku menolak.
aku memilih untuk bertani. terlalu bagus cita-cita yang ku tanamkan dalam diriku, hingga aku sering mengalami gagal panen dan selalu kehabisan modal untuk melakukan usaha setelahnya.
namun, hal ini tidak menghentikan langkahku. aku tetap tidak bekerja pada orang lain.
kemudian aku beralih pada usaha dagang. dan pilihan ini tidak bertahan lama, karena ada kendala yang diluar nalarku dan aku tidak punya solusi pada saat itu. hingga akhirnya aku menutup usaha tersebut.
setelah anak keduaku lahir dan pada saat itu aku tidak memiliki uang. disitulah kesadaran akan realitas muncul.
aku menyesali apa yang sudah kupilih sebelumnya. aku merasa gagal sebagai kepala keluarga.
sejak saat itu aku mulai mengerjakan apa saja asalkan menghasilkan. bekerja dengan orang lain tidak menjadi masalah bagiku.
lalu apakah setelah itu aku tidak pernah lagi berada di persimpangan jalan yang memaksa untuk membuat keputusan?
sering, namun aku sudah lebih matang memilih mana yang seharusnya kupilih hingga tidak menimbulkan penyesalan yang berlebihan.
aku terlalu mendramatisir masalah yang kuterima. hingga aku lupa pada sebuah kesempatan yang hingga saat ini keputusan tersebut tidak pernah mengecewakanku.
saat aku hendak menikah, aku tidak memiliki pasangan. teman perempuan yang ku kenal banyak, tapi tidak serta merta membuatku mudah untuk memilih.
seorang perempuan yang ku kenal melalui telepon pada saat itu menjadi tempat curhat. kami sering berbagi cerita dengan telepon hingga berjam-jam. namun, tidak pernah mengutarakan perasaan masing-masing.
aku dan dia sama2 punya keinginan menikah, tapi belum tahu menikah dengan siapa.
satu malam, ntah malaikat mana yang mempengaruhiku. aku memintanya untuk shalat istikharah. ya, salat yang dianjurkan rasulullah untuk memilih jika ada dua pilihan atau lebih yang membingungkan.
pada saat itu aku bilang. "kenapa ga istikharah aja kau dulu, kalau memang aku layak menjadi suamimu maka nanti Allah kasih jalan itu."
"kau nyuruh orang shalat istikharah macam mau nyuruh salat maghrib." jawabnya pada saat itu.
"aku serius. nnti seminggu lagi ku telpon. mudah-mudahan udah ada jawabannya." kataku.
Tepat seminggu kemudian, aku sudah mendapat jawabannya.
Meski jalan yang kami lalui untuk berumah-tangga tidak mudah. Namun, aku masih bersamanya hingga saat ini. dan, terkadang aku tahu. Mungkin ALLAH sedang mengujiku dengan kegagalan-kegagalan yang kuterima karena tidak mengikuti cara yang sama dengan cara yang kutempuh saat memutuskan untuk membangun rumah tangga.
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar

Sticky Note