Di Posting Oleh : PAKNAI
Kategori : Kita
Pernahkah kamu punya keinginan melarang tindakan orang dihadapanmu? Kamu merasa sangat terganggu dengan kegiatan mereka dan keinginan untuk segera mengeluarkan kalimat larangan memuncak seketika?
"Hey, jangan buang sampah di situ!"
"Jangan lari-lari nak, nanti jatuh."
"Jangan korupsi pak, nanti ditangkap KPK." *ehhh
Mengingatkan orang lain dengan kalimat larangan atas suatu sikap atau perilaku yang tidak kita sukai memang menjadi kebiasaan. Apalagi bagi ibu-ibu. Ditambah lagi jika mereka merawat 3 orang anak dirumah. Jangan ditanya berapa banyak kata jangan yang mereka sebutkan dalam sehari.
Peringatan berbentuk larangan ini hadir dari rasa khawatir. Tetangga khawatir sampah yang berserakan akan dibawa aliran air ke paret yang menyebabkan paret mampet. Ibu-ibu khawatir anaknya bisa terjatuh bila lari-larian. Dan anak-anak khawatir bapaknya ditangkap KPK (*ehh....). Sehingga kita mengekspresikan rasa khawatir ini dalam perintah dan larangan.
Jadi, Aku baru saja mendengar hadist Rasulullah yang menganjurkan untuk memuntahkan makanan apabila dimakan sambil berdiri. Sebagai seorang muslim, sikap Sami'na wa athona tentu menjadi prinsip. Meski pada saat itu aku tidak mengetahui apa dampaknya kemudian hari jika melanggar hal tersebut.
Sejak saat itu aku menjadi rewel jika melihat anak-anak makan sambil berdiri. "duduk makannya nak." perintah ku segera. Meski diawal mereka sering lupa dengan peringatan itu, namun lama kelamaan jika mereka makan sambil berdiri, tiba-tiba mereka langsung duduk hanya dengan melihat bayanganku saja.
Hal ini juga berlaku disekolah yang sedang ku bina. Pada saat jam istirahat, aku melihat anak-anak bermain dan berlarian kesana kemari dengan makanan digenggamannya. Dan, Tidak jarang makanan itu mereka masukkan dalam mulut saat sedang berlari sehingga mulutnya penuh dengan makanan saat aksi kejar mengejar tersebut berlangsung.
Kembali aku harus menjadi orang paling rewel dalam hal ini. Setiap aku melihat anak-anak yang berdiri, berjalan atau berlari memegang makanan. Refleks mulut ini akan berkata "ambil tempat duduk, selesaikan makannya dulu nak." kataku. Dan kamu tahu, hari ini pemandangan anak-anak jongkok sambil memegang makanan di jam istirahat adalah hal biasa disekolah itu.
Kenapa aku menceritakan hal ini?
Hari ini banyak kebiasaan negatif di lingkungan kita. Mulai dari pengedaran narkoba, prostitusi, bahkan korupsi seperti budaya baru yang dibiarkan. Memang terkadang kita membaca penangkapan demi penangkapan terhadap pelaku dilakukan oleh aparat. Tapi, sampai hari ini penangkapan itu masih terus dilakukan seolah-olah pelaku kejahatan tersebut tidak ada habisnya.
Apakah ini tentang kesadaran masyarakat yang sudah berkurang? Boleh jadi memang demikian. Tapi, bagaimana masyarakat bisa mengambil peran besar jika pemimpin yang memiliki otoritas tidak ikut berperan.
Seperti anak-anak yang punya kebiasaan makan berdiri. Jika aku tidak khawatir menganggap hal itu tidak penting. Untuk apa aku harus menjadi pengawas cara makan mereka? Namun karena aku merasakan kekhawatiran dan pentingnya, aku menggunakan otoritasku pada anak-anak untuk mengubah kebiasaan mereka. Dan itu berhasil. Belakangan aku membaca penelitian bahwa 7 dari 10 anak mengalami gangguan pencernaan karena makan sambil berdiri.
Lalu bagaimana dengan peran pemerintah dalam mengatasi narkoba, prostitusi, korupsi dan segala macam penyakit masyarakat saat ini? Mungkin mereka belum merasakan kekhawatiran yang sama sepertiku. Dan mungkin juga bagi mereka ini tidak penting, sehingga penangkapan atau penindakan yang dilakukan hanya sekedar lip service semata.
Aku belum bisa membayangkan seorang Bupati, Gubernur, atau Presiden yang melaporkan sendiri anggotanya yang melakukan korupsi. Tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Dan instansi-instansi lain mengikuti langkah mereka. Apakah mungkin negara ini tidak bebas korupsi?
Seandainya kita memiliki pemimpin yang mau rewel dalam pemberantasan korupsi. Mungkin para pejabat saat ini akan seperti anak-anakku yang punya kebiasaan makan sambil berdiri, yang langsung duduk saat melihat bayanganku menepi. Nanti saat mereka khilaf atau lupa sedang korupsi, mereka segera berhenti saat melihat foto PRESIDEN RI.



Posting Komentar
Posting Komentar