Di Posting Oleh : PAKNAI
Kategori : Cerita Dia
Membuat kesalahan adalah fitrah manusia. Semua orang pernah melakukannya. Dampaknya, masalah yang kamu rasakan hari demi hari. Besar kecilnya dampak masalah ini juga tergantung bentuk kesalahan dan bagaimana kamu menyikapi masalah tersebut.
Belajar pada Nabi Musa AS. Sebagai manusia, beliau juga pernah berbuat salah. Bahkan kesalahan yang beliau perbuat itu mungkin lebih besar dari apa yang pernah kamu lakukan.
Tapi bagaimana beliau menyikapi masalah setelah kesalahan itu terjadi? Sehingga pada akhirnya dia bisa lepas dari masalah dan mendapat simpati Nabi syuaib hingga menikahkan beliau dengan putrinya.
Sebelum kita lanjut, kamu bisa membaca Al Qur'an Surah 28. Al Qasas (28:15-29) yang terjemahannya sebagai berikut:
15. Dan dia (Musa) masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki sedang berkelahi; yang seorang dari kaumnya (Bani Israil) dan yang seorang (lagi) dari pihak musuhnya (kaum Fir'aun). Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk (mengalahkan) orang yang dari pihak musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Dia (Musa) berkata, "Ini adalah perbuatan setan. Sungguh, dia (setan itu) adalah musuh yang jelas menyesatkan."
16. Dia (Musa) berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku." Maka Dia (Allah) mengampuninya. Sungguh, Allah, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.
17.Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku! Demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, maka aku tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa."
18. Karena itu, dia (Musa) menjadi ketakutan berada di kota sambil menunggu (akibat perbuatannya), tiba-tiba orang yang kemarin meminta pertolongan berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya, "Engkau Sungguh, orang yang nyata-nyata sesat."
19. Maka ketika dia (Musa) hendak memukul dengan keras orang yang menjadi musuh mereka berdua, dia (musuhnya) berkata, "Wahai Musa! Apakah engkau bermaksud membunuhku, sebagaimana kemarin engkau telah membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan engkau tidak bermaksud menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian."
20. Dan seorang laki-laki datang bergegas dari ujung kota seraya berkata, "Wahai Musa! Sesungguhnya para pembesar negeri sedang berunding tentang engkau untuk membunuhmu, maka keluarlah (dari kota ini), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu."
21. Maka keluarlah dia (Musa) dari kota itu dengan rasa takut, waspada (kalau ada yang menyusul atau menangkapnya), dia berdoa, "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu."
22. Dan ketika dia menuju ke arah negeri madyan dia berdoa lagi, "Mudah-mudahan Tuhanku menunjuki aku ke jalan yang benar."
23. Dan ketika dia sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum (ternaknya), dan dia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang perempuan sedang menghambat (ternaknya). Dia (Musa) berkata, "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" Kedua (perempuan) itu menjawab, "Kami tidak dapat memberi minum (ternak kami), sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya."
24. Maka dia (Musa) memberi minum (ternak) kedua perempuan itu, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan kebaikan apa pun yang Engkau turunkan kepadaku."
25. Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu berjalan sambil malu-malu, dia berkata, "Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami." Ketika (Musa) mendatangi ayahnya (Syu'aib) dan dia menceritakan kepadanya kisah (mengenai dirinya), dia (Syu'aib) berkata, "Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu."
26. Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, "Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya."
27. Dia (Syu'aib) berkata, "Sesungguhnya aku bermaksud ingin menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini, dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun dan jika engkau sempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu, dan aku tidak bermaksud memberatkan engkau. Insyā Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang baik."
28. Dia (Musa) berkata, "Itu (perjanjian) antara aku dan engkau. Yang mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu yang aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan (tambahan) atas diriku (lagi). Dan Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan."
29. Maka ketika Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan itu dan dia berangkat dengan keluarganya, dia melihat api di lereng gunung.1 dia berkata kepada keluarganya, "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sepercik api, agar kamu dapat menghangatkan badan."
Kesalahan yang dilakukan Musa bukan karena dia menentang perintah Allah, saat itu tidak ada hukum yang mengatur tentang hukuman bagi orang yang membunuh. Terbukti, bahwa balas dendam yang direncakan oleh golongan fir'aun adalah sebagai bentuk solidaritas mereka satu suku yang tidak terima karena suku mereka dibunuh.
Namun, kenapa Musa AS mengakui kesalahan dan meminta ampun pada Allah setelah melakukan kesalahan itu?
Apa yang dilakukan Nabi Musa saat melakukan kesalahan tentu bisa menjadi panduan yang bisa kita tiru. Berdasarkan Ayat diatas, Ada 4 hal yang dilakukan Musa AS sebagai akibat dari kesalahannya.
1. Menyesali Perbuatan dan Bertobat.
Saat tinju Musa AS mengakibatkan lawannya Mati, Musa langsung menyesal telah mengikuti godaan syetan. Beliau kemudian melanjutkannya dengan meminta Ampun kepada Allah sembari mengakui kesalahannya, dan berjanji tidak akan menjadi penolong orang-orang yang berdosa.
2. Mendengarkan Nasehat
3. Meminta keselamatan pada Allah.
4. Membantu orang lain tanpa mengharap balasan
5. Memenuhi Janji.
Memilih melakukan ke-5 hal yang sudah dibuktikan Nabi Musa AS tentu lebih baik daripada harus mencari-cari solusi yang belum pasti. Mendahulukan untuk mengingat Allah saat melakukan kesalahan dan meminta keselamatan langsung padanya adalah cara taubat untuk mendapatkan solusi masalah.
Meski terkesan sebagai cerita. Tapi, Al Qur'an juga sudah menyatakan bahwa cerita ini sangat berarti. Pada Q.S. Hud (11:12) Allah bilang;
12. Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman.
Kemudian, Al Qur'an Sebagai pedoman hidup telah memberi langkah-langkah menghadapi masalah di dunia melalui kisah nabi Musa AS. Tinggal lagi anda mau mengikutinya atau tidak?
Posting Komentar
Posting Komentar